Internasional – Ketegangan konflik antara Rusia dan Ukraina ternyata masih berlanjut. Negeri Beruang Merah dikabarkan mengirimkan sekitar satu skadron jet tempur ke Semenanjung Krimea, yang dicaplok dari Ukraina empat tahun lalu.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (18/12), kabar pengerahan sejumlah jet tempur itu dibenarkan oleh Kementerian Pertahanan Rusia. Mereka menyatakan pesawat tempur yang dikerahkan terdiri dari dua tipe Sukhoi, Su-27 dan Su-30.
Hal itu dilakukan selepas Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menuduh Ukraina akan memerintahkan pasukannya untuk berperang pada akhir tahun ini. Dalih itu yang dipakai untuk mengerahkan jet-jet tempur mereka.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan seluruh jet tempur itu ditempatkan di Lanud Belbek di Semenanjung Krimea, dalam status siaga. Sebelumnya mereka juga dikabarkan sudah mengerahkan pasukan infantri, satuan kendaraan lapis baja, hingga menempatkan rudal-rudal di sejumlah perbatasan dengan Ukraina.
Presiden Rusia, Vladimir Putin menyatakan belum berniat memulangkan 24 pelaut dan kapal milik Angkatan Laut Ukraina yang disita dalam insiden di Selat Kirch, Laut Azov, pada 25 November lalu. Dia beralasan kejadian itu masih diselidiki dan menuding Ukraina yang memulai provokasi.
Putin menuding Presiden Ukraina, Petro Poroshenko tidak serius menyelesaikan persoalan ini. Dia menuding Poroshenko sengaja menghasut dan memancing pertikaian, supaya memiliki dalih untuk berperang yang bisa menyebabkan ekonomi mereka semakin memburuk.
Hingga saat ini Ukraina memberlakukan status darurat militer selama 30 hari, yang akan berakhir pada 25 Desember, akibat insiden itu. Kedua belah pihak dikabarkan sudah mengirim pasukan dan persenjataan untuk memperkuat wilayah perbatasan. Poroshenko menyatakan kemungkinan mereka akan terlibat perang terbuka. Dia juga sudah meminta bantuan kepada sekutunya di Blok Barat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk menghadapi Rusia.
Pemimpin NATO, Jens Stoltenberg, menuntut Rusia membebaskan kapal dan pelaut Ukraina. PBB sudah meminta kedua belah pihak melakukan perundingan. Namun, situasi tetap tegang dan perang bisa meletup kapan saja. (ayp/cnn)