Kesehatan – Awal November lalu, muncul berita mengejutkan tentang sekelompok anak muda yang meminum air rebusan pembalut bekas dengan tujuan untuk ‘nge-fly’ atau mendapatkan sensasi mabuk seperti ngelem. Tak hanya menjijikkan, berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam pembalut berbahaya bagi kesehatan.
Dianggap sebagai pengganti sabu
Dilansir dari Antara, Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Tengah (BNNP Jateng) menemukan tren perilaku menyimpang yang dilakukan oleh sekelompok remaja tersebut. Rebusan air pembalut ternyata sengaja mereka minum untuk menggantikan narkoba jenis sabu yang harganya semakin melambung menjelang pergantian tahun.
Parahnya lagi, pembalut yang direbus tersebut adalah pembalut bekas, yang tentunya mengandung bakteri dan berpotensi menularkan berbagai macam penyakit.
Hasil penelusuran BNNPJateng menemukan remaja tersebut mengonsumsi air rebusan pembalut yang mereka temukan di tempat-tempat pembuangan sampah. Kasus ini ditemukan terjadi di Kudus, Rembang dan Pati.
Dilansir dari berbagai sumber, sebagian besar dari remaja yang melakukannya adalah anak jalanan yang biasa ngelem dan ngoplo. Karena sabu mahal dan lem harganya juga sudah naik, mereka pun coba mencari alternatif lain yang dapat memberikan efek yang serupa. Awalnya mereka memakai pembalut bekas, tapi sekarang beralih ke pembalut baru.
Dengan dianggap memiliki efek ‘nge-fly’ yang mirip dengan sabu, pembalut sebenarnya juga memiliki kandungan yang amat berbahaya bila dikonsumsi. Karena, pada dasarnya apa yang terdapat dalam pembalut memang tidak diciptakan untuk dikonsumsi.
Dijelaskan oleh dr. Fiona Amelia, MPH., dalam pembalur terdapat dua bahan yang paling membahayakan tubuh, yakni klorin dan ethylene glycol.
Klorin yang biasa digunakan sebagai bahan pemutih dan penghilang kuman untuk air minum serta kolam renang bisa berbentuk cair maupun gas. Dalam jangka panjang, klorin bisa menyebabkan kanker.
Selain itu, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.472/MENKES/1996, dijelaskan bahwa klorin masuk ke dalam kategori racun yang berbahaya dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
Kemudian, terdapat juga zat ethylene glycol. Zat ini sebenarnya biasa digunakan di luar negeri untuk menghindarkan pembekuan mesin mobil di musim hujan. Jika Anda perhatikan, beberapa lemari pembeku juga menggunakannya untuk menghindari penumpukan bunga es.
“Ethylene glycol ini juga digunakan dalam pembuatan lem yang biasa digunakan untuk ngelem. Itu sebabnya bisa memberikan efek yang serupa,” papar dr. Fiona.
Kedua bahan ini bila tertelan dapat menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara langsung maupun dalam jangka panjang.
Bahayanya bagi kesehatan tubuh
Dari berbagai kandungan di atas, tentunya sudah jelas bahwa air rebusan pembalut yang dianggap dapat memberikan sensasi ‘nge-fly’ sangatlah berbahaya bagi tubuh. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah gangguan kesehatan yang akan terjadi sebagai akibat dari minum air rebusan pembalut:
1. Risiko gangguan ginjal
Ethylene glycol bila tertelan dan masuk ke dalam tubuh dapat berubah menjadi asam oksalat yang menyebabkan gagal ginjal. Tak hanya itu, zat ini juga membuat pH darah menjadi asam dan sistem tubuh menjadi terganggu.
2. Gangguan pernapasan
Klorin dalam air rebusan pembalut bisa menyebabkan batuk, tenggorokan terasa tercekik, hingga timbul napas seperti mengi. Sekitar 2-4 jam setelah air rebusan diminum, pelaku akan mengalami sesak napas karena paru-parunya pun bermasalah.
3. Gangguan saraf
Zat ethylene glycol menurut dr. Fiona adalah zat kunci yang menimbulkan sensasi ‘nge-fly’. “Bila tertelan, zat ini akan memunculkan halusinasi dan bicara mulai ngaco, karena efek racunnya bisa sampai ke sistem saraf,” jelasnya. Hal ini bisa terjadi apabila konsumsinya melebihi 1 ml per kilogram berat badan.
4. Mual dan muntah
Kondisi mual dan muntah bisa terjadi karena adanya zat racun yang dikonsumsi dari air rebusan pembalut. “Mual dan muntah tersebut adalah mekanisme tubuh untuk menolak zat asing dan dianggap berbahaya dan kemudian dikeluarkan,” jelas dr. Fiona.
Aksi ‘nge-fly’ dengan minum air rebusan pembalut yang dilakukan oleh para remaja di Jawa Tengah tersebut mungkin berawal dari coba-coba. Tapi, bila hal ini diteruskan, maka kesehatan mereka akan terancam. Harapannya, edukasi seputar kesehatan bisa merata, sehingga kasus serupa tak terulang kembali. (rvs)
Sumber: Klik Dokter