Serang – Warga Teluk Naga yang tinggal berdampingan dengan Desa Surya Bahari, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, mengaku khawatir dengan ritual sedekah laut yang dilakukan nelayan Surya Bahari. Mereka khawatir praktik memberikan sesajen ke laut tergolong musyrik sehingga muncul bencana.
Ulama kenamaan yang merupakan tokoh NU Banten juga Ketua Majelis Pesantren Salafiah Banten KH Matin Syarkowi memastikan ritual sedekah laut tidak menyimpang dari syariat Islam selama tujuannya lurus berterima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan rejeki kepada nelayan lewat laut.
“Ya apapun yang menyelimpang dari akidah kita tinggal luruskan saja niatnya tidak musyrik,” jelasnya, kemarin.
Menurut Matin, ritual sedekah laut yang dikenal nelayan Surya Bahari dengan istilah Nadran, tidak bisa dihilangkan karena berkaitan dengan adat.
“Pesta laut dulu dilakukan dengan memberi sesajen untuk bukan selain Allah. Itu adat bertentangan (dengan syariat Islam). Bagaimana adat ini diluruskan niatnya,” sambung ulama yang menjadi Dewan Pembina Forum Sembilan Wali ini.
Ritual sedekah laut rutin digelar setiap tahun oleh nelayan Desa Surya Bahari, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang. Dalam acara tersebut dilakukan pelepasan ‘perahu pengantin’ berisi sesajen seperti kepala kerbau, ikan bakar, kelapa kuning, pisang, ayam bakar, ayam hidup warna putih, jagung, sayuran, kemenyan dan hasil bumi lainnya yang akan dibawa ke ke tengah laut
Ritual yang rutin dilaksanakan setiap awal bulan Sura kalender Jawa tersebut, dihadiri ratusan nelayan Surya Bahari. Nelayan menganggap ritual ini sebagai tradisi tolak bala dan rasa syukur atas rejeki.
“Misalnya kepala kerbau (tadinya dipersembahkan) untuk jin laut, tapi kita arahkan niatnya (pemberian) kepala kerbau hanya untuk dimakan oleh ikan, itu tidak ada yang larang. Dasarnya niat,” terang Matin.
“Kita sampaikan kepada nelayan, syukuran itu tidak untuk jin laut tapi untuk berterima kasih kepada Allah yang memberikan rejeki nelayan lewat laut,” pungkasnya. (red)