Mengenal Syed Saddiq, Menteri Termuda Malaysia Sepanjang Sejarah

Internasional – Di antara para pejabat negara yang dilantik oleh Raja Malaysia, Senin (2/7/2018), adalah Syed Saddiq, menteri termuda sepanjang sejarah Negeri Jiran.

Dia ditunjuk sebagai menteri pemuda dan olah raga pemerintahan Mahathir Mohamad yang baru terbentuk setelah politikus senior itu kembali terpilih jadi perdana menteri lewat pemilihan umum, Mei lalu.

Syed lahir dari keluarga sederhana–ayahnya warga Singapura, seorang pekerja konstruksi yang rutin pergi-pulang dari Johor ke negeara asalnya untuk bekerja.

Sementara itu, ibunya adalah seorang guru bahasa Inggris di sekolah menengah yang juga berperan mengurus keluarga dan mengajar kursus di malam hari untuk mencari penghasilan tambahan.

Sebagai anak bungsu berusia 25 tahun, Syed Saddiq Syed Abdul Rahman, bertekad memastikan perjuangan generasi pemuda dan orang tuanya tak sia-sia.

“Saya ingin memastikan tak ada warga Malaysia lain yang mesti menjalani hidup semacam itu,” kata Syed dikutip Channel NewsAsia.

“Ketika orang tua saya sukses, meski berasal dari latar belakang yang sederhana, saya berutang kewajiban untuk memajukan Malaysia lebih jauh karena saya tahu bagaimana rasanya ada di posisi itu.”

Dilansir Straits Times, Syed adalah lulusan hukum International Islamic University yang belum lama ini menolak tawaran kedua dari Oxford University untuk mengejar gelar Master di bidang kebijakan publik.

Dia telah memenangi penghargaan Asia’s Best Speaker di kejuaraan debat Asian British Parliamentary sebanyak tiga kali.

Syed mencuat di dunia poltik setelah memenangi jabatan konstituen Muar di Pemilu Mei lalu, mengalahkan petahana dari Barisan Nasional, Razali Ibrahim.

Untuk generasi millenial Malaysia, ketua sayap pemuda Parti Pribumi Bersatu itu dipandang sebagai penyambung lidah generasi.

Namun, ada persepsi bahwa citra pemberontak Syed sama dengan apa yang terjadi pada Mahathir dan Anwar Ibrahim di masa mudanya.

Syed adalah salah satu di antara 25 pemuda yang menulis pernyataan menolak kepemimpinan Perdana Menteri Najib Razak karena skandal 1MDB. Kelompok itu disebut Challenger.

“Challenger berhasil mengorganisir diri ke dalam satu kelompok kohesif dan bepergian untuk bertemu pelajar dan pemimpin muda lain, merekrut banyak orang,” kata Wan Saiful Wan Jan, peneliti di ISEAS-Yusof Ishak Institute of Singapore, dikutip Channel NewsAsia.

Syed dinilai berperan penting dalam menggenjot jumlah anggota partainya. Namun, para pemuda yang bergabung dalam partai tersebut justru bisa jadi kelemahan.

Penggalangan dana bisa jadi sulit karena jaringan mereka masih belum bisa sama luas dengan partai yang lebih mapan. Para kade muda juga tak punya pengalaman dalam bidang pengambilan kebijakan.

“Mempunyai anggota muda bisa baik untuk aktivisme, tapi itu juga jadi tantangan dalam hal keberlanjutan dan arahan,” kata Wan Saiful.

“Dengan demikian, situasi yang ideal adalah memiliki kombinasi sehat antara anggota muda dan yang lebih tua.” (aal)