Internasional – Di laporkan dari laman South China Morning Post, sedikitnya 100 demonstran ditahan dalam serangkaian aksi protes anti-China di Vietnam sejak akhir pekan lalu hingga Rabu (13/6).
Protes ini bermula pada Sabtu (9/6) di pabrik sepatu Taiwan, Pou Yuen, di Ho Chi Minh, di mana para pekerja menolak rencana pemerintah membangun tiga zona ekonomi baru yang mengizinkan konsesi selama 99 tahun.
Meski pemerintah tidak merinci pihak yang akan menanamkan investasi di zona tersebut, para pengunjuk rasa khawatir wilayah itu didominasi kepentingan China.
“Hubungan antara Vietnam dan otoritas China semakin terlihat setiap hari, dan membuat masyarakat frustrasi dan marah,” ujar presiden Gerakan Buruh Viet, Do Thi Minh Hanh.
Sejak saat itu, protes meluas hingga Provinsi Binh Thuan, di mana unjuk rasa berakhir ricuh pada Minggu (10/6) lalu.
Majelis Nasional pun memutuskan untuk mempertimbangkan kembali pembentukan tiga zona ekonomi baru tersebut.
Meski demikian, para pekerja masih terus menggelar aksi hingga Rabu. Di depan Taman Industri Tan Huong, para demonstran mengacungkan poster bertuliskan, “Saya cinta tanah air! Jangan biarkan China mengambil lahan kita!”
Kedutaan Besar China di Hanoi pun merilis peringatan agar warganya yang berada di Vietnam selalu waspada terhadap aksi protes “ilegal” dengan “konten anti-China” itu.
Rangkaian unjuk rasa ini dianggap membuat hubungan Vietnam dan China semakin tegang di tengah sengketa lahan di Laut China Selatan.
Pada April lalu, kementerian luar negeri kedua negara bertemu di Hanoi dan sepakat untuk membahas sengketa itu secara damai.
Namun bulan lalu, Hanoi meminta Beijing menarik semua peralatan militer yang dilaporkan sudah berada di pulau buatan China di wilayah sengketa di Laut China Selatan.
Permasalahan di LCS ini juga sempat memicu gelombang aksi protes anti-China di Vietnam pada 2014 lalu, setelah Beijing mengerahkan alat pengebor minyak di lahan sengketa. (red/has)