Jakarta – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mendapat pujian dari dunia internasional. Susi mendapat apresiasi dan pujian dari direktur Jenderal FAO Jose Graziano da Silva karena berperan secara konsisten dalam pemberantasan ilegal fishing di laut.
“Susi Pudjiastuti telah memulai dan menjadi yang pertama dalam upaya konsisten melawan segala bentuk aktivitas ilegal di laut, tidak hanya soal penangkapan ikan ilegal,” ujar Jose. Pujian serupa juga datang dari Komisioner Uni Eropa untuk Urusan Perikanan dan Maritim, Karmenu Vella.
“Dunia harus bersatu memerangi penangkapan ikan secara ilegal yang marak terjadi di dunia yang wilayah operasinya melintasi batas antar negara. Untuk itu, dibutuhkan kerja sama internasional untuk memeranginya bersama-sama,” kata Menteri Susi dalam siaran pers Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang diterima di Jakarta, Rabu (6/6/2018).
Menteri Susi mengatakan dunia internasional harus mempertegas komitmen globalnya untuk bersatu dalam rangka memberantas aktivitas penangkapan ikan secara ilegal di berbagai lautan.
Menteri Susi menyampaikan hal tersebut ketika menjadi pembicara dalam peringatan Hari Internasional Perlawanan terhadap Penangkapan Ikan secara Ilegal yang diselenggarakan setiap tanggal 5 Juni di kantor FAO, Roma, Italia.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Susi mengimbau dunia internasional untuk dapat mempertegas komitmen dalam upaya pemberantasan IUU Fishing, seperti halnya yang sudah dilakukan Indonesia.
Susi Pudjiastuti secara lugas menceritakan upaya yang telah dilakukan oleh Indonesia selama ini dalam memerangi IUU Fishing, serta menyampaikan fakta dan tantangan yang ditemui dalam upaya membenahi masalah perikanan ini.
Menteri Susi menyebut, pemberantasan IUU Fishing (penangkapan ikan secara ilegal) harus didukung oleh aparat yang berkomitmen tinggi serta peralatan dan teknologi canggih. Hal ini untuk mencegah masuknya kejahatan lintas negara lainnya yang banyak dilakukan di tengah laut.
“Pemberantasan IUU Fishing harus dilakukan dengan lingkup yang lebih luas, sehingga butuh outreaching yang lebih dari negara-negara di dunia dan organisasi internasional,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan RI.
Ia kembali menegaskan, praktik IUU Fishing bukan melulu soal pengelolaan lingkungan dan sumber daya perikanan seperti penangkapan ikan, tetapi juga termasuk banyak aktivitas ilegal lainnya.
Aktivitas tersebut di antaranya pelanggaran hak asasi manusia melalui perdagangan manusia dan perbudakan, penyelundupan dan perdagangan obat-obatan dan narkotika, serta hewan langka dilindungi.
Terakhir, sebagai bentuk komitmen nyata untuk menjaga laut yang terancam kelestariannya, Menteri Susi mengundang negara-negara anggota FAO, organisasi internasional, dan lembaga non pemerintah lainnya untuk hadir dan mengumumkan komitmennya pada acara Our Ocean Conference.
Acara perhelatan akbar tersebut rencananya bakal diselenggarakan pada 29-30 Oktober 2018, di Nusa Dua Convention Center, Bali, Indonesia. (red/ant)