Jakarta – Menteri Keuangan Amerika Serikat Steven Mnuchin mengatakan akan segera melakukan lawatan ke China untuk meredakan ketegangan pasca kedua negara melaksanakan perang dagang dengan memberlakukan kenaikan bea masuk impor.
Dikutip dari Reuters, Mnuchin mengatakan saat ini tengah berdiskusi dengan pemangku kebijakan China untuk mencapai kata sepakat ihwal aksi balas membalas kebijakan perdagangan. Meski belum mau memberi konfirmasi lanjutan, kunjungan ke Beijing sendiri sangat terbuka lebar.
“Sebuah perjalanan (ke Beijing) tengah dipertimbangkan,” ujar Mnuchin di konferensi pers rapat musim semi International Monetary Fund dan Bank Dunia di Washington DC, Amerika Serikat, Sabtu (21/4) waktu setempat.
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan, perang dagang antara China dan AS bisa mengancam kepercayaan dunia usaha, pertumbuhan investasi, dan pertumbuhan ekonomi global.
Ia juga bilang, baik China maupun AS tak akan ada yang menang dari gagah-gagahan proteksionisme dagang ini.Hanya saja, ia tak mau memberi detail lebih lanjut ihwal kunjungan itu. Tak hanya itu, ia pun tak membuka kesepakatan dagang seperti apa yang diinginkan dengan negara tirai bambu tersebut.
“Saya tidak mau memberikan komentar atau waktu kunjungannya. Saya pun belum akan mengonfirmasi sesuatu, tapi sebuah perjalanan (ke Beijing) tengah dipertimbangkan,” imbuh dia.
Di dalam pertemuan tahunan itu, Mnuchin mengaku telah bertemu dengan Gubernur Bank Sentral China Yi Gang untuk membahas pembukaan akses asing bagi industri jasa keuangan di China.
“Saya bertemu dengan beberapa pemangku kebijakan China di sini. Diskusi yang kami lakukan lebih kepada kebijakan Gubernur Bank Sentral China dan beberapa aksi yang dilakukan demi membuka akses pasar mereka, di mana langkah itu sangat kami dukung dan apresiasi,” tegas mantan bankir tersebut.
“Sangat penting bagi dunia untuk membuka perdagangan yang seluas-luasnya. Kami memastikan bahwa kami bekerja dalam sebuah sistem multilateral demi memastikan penyelesaian sengketa perdagangan,” terangnya.
Perang dagang antara kedua negara bermula saat Amerika Serikat mengenakan tambahan bea masuk baja dan aluminium masing-masing sebesar 10 persen dan 25 persen pada Maret lalu yang memukul industri manufaktur China. Langkah itu dipertegas AS dengan merilis proposal bea masuk impor hingga 25 persen bagi 1.300 produk asal China.
Kemudian, aksi ini dibalas lagi oleh China dengan memberlakukan kenaikan bea masuk sebesar 15 persen untuk 120 komoditi impor Amerika dengan nilai impor berkisar US$3 miliar.(cn)