Bandung, Beritaindonesianet.com– Empat tewas, 9 luka, dan 9 lainnya masih tertimbun longsor di Kampung Cibitung RW 15, Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada Selasa (5/5/2015). Hingga Rabu petang (6-5), tim evakuasi masih melakukan pencarian.
Keempat korban tewas yaitu Iran (55), Dating (60), Pardi (70), dan Naela (1,5). Sementara satu korban luka berat bernama Rukman dirawat di RS Al Iksan dan 8 lainnya luka ringan sudah pulang ke rumah atau kerabatnya. Diperkirakan, masih ada belasan warga lainnya yang tertimbun longsor karena dari keterangan warga, saat longsor terjadi ada sejumlah warga yang lagi memancing dan bekerja di kebun.
Rabu pagi hingga sore tadi, tim evakuasi berusaha mencari korban lainnya tetapi tidak membuahkan hasil. Berdasarkan keterangan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di pers releasenya, gejala longsor ini sebenarnya sudah diperiksa oleh Tim Gerakan Tanah, PVMBG, Badan Geologi, pada 2 Mei 2015 atas permintaan BPBD Kabupaten Bandung. Dari hasil pemeriksaan lapangan menunjukkan kemiringan lereng terjal dan tanah pelapukan breksi vulkanik cukup tebal. Terlihat retakan dan nendatan sedalam 2,5 m, sepanjang 500 m.
Diperkirakan, longsoran bisa mengancam satu kampung yang terdiri atas 52 KK (200 jiwa) dan juga mengancam pipa panas bumi Star Energy sepanjang 500 m. Rekomendasi yang telah disampaikan yaitu kepada Star Energy untuk memindahkan jalur pipa karena gerakan tanah terus berlangsung dan kepada BPBD untuk melakukan evakuasi penduduk kampung mengingat curah hujan masih berlangsung.
“Kejadian longsor seringkali ada ketidakpastian. Meskipun sudah ada retakan dan rayapan, tidak seketika langsung terjadi longsor. Seringkali butuh waktu yang lama untuk terjadi longsor. Hal inilah yang sering menyebabkan masyarakat tidak mau dievakuasi karena tidak yakin dengan ancamannya dan alasan faktor-faktor sosial dan ekonominya,”ujar Sutopo.
Sementara itu, sejumlah korban longsor meminta pemilik pipa, PT Star Energy bertanggungjawab terhadap kejadian ini. Pasalnya, perusahaan pernah mencegah warga untuk mengungsi meskipun retakan tanah semakin memanjang.
(Ril)