BANDARLAMPUNG—Dua minibus dan satu sedan terparkir di bawah bengkel terbuka beratap seng di bilangan Jalan Soekarno-Hatta, Bandarlampung beberapa waktu lalu. Mobil-mobil penumpang itu “mangap” dengan kap mesin terbuka. Masing-masing tampak terpasang dua selang yang terhubung dengan tabung zat bibit pendingin ruangan alias freon.
Bengkel itu adalah milik Dian Rahmadi, mantan pekerja bengkel mobil yang secara perlahan memilih spesialisasi reparasi air conditioner (AC) mobil. Jatuh bangun menuju keahlian ini tak mudah dan tak cepat. Ia butuh lima tahun “sekolah”di bengkel sejenis sebagai pekerja untuk kemudian mandiri seperti sekarang.
Terus belajar dan tekun kunci keberhasilannya. Namun, banyak liku liku yang dilalui selama merintis usaha yang sudah kini sudah memasuki tahun ke tujuh. “Alhamdulillah sekarang sudah cukup anteng. Dulu, nggak kebayang bisa buka sendiri begini. Saya terima kasih juga sama PTPN VII yang ngasih pinjaman lunak sehingga saya bisa mengembangkan usaha dengan dana adem,” kata bapak dua anak ini saat ditemui.
Sebelum membuka usaha tahun 2014, Rahmadi, ia bekerja dibengkel mobil milik tetangganya. Ia mengaku bekerja di bengkel bongkar mesin mobil tidaklah mudah, memerlukan tenaga yang ekstra untuk mengangkat dan pekerjaan lainnya.
Ritme kerja di bengkel mesin juga dirasakan Dian sebagai sesuatu yang berat. Saat itu, setiap hari ia mulai bekerja jam 10.00, tetapi sering baru bisa istirahat pulang setelah tengah malam. “Emang bukanya jam 10pagi, tapi pulaangnya kadang sampai jam 12 (24.00). Soalnya selalu tanggung. Setiap pekerjaan yang datang hari itu, sebisa mungkin harus sampai selesai hari itu juga. Jadi, keseringan selesai malam pukul,” kata dia.
Di bengkel itu,ia hanya kuat bertahan enam bulan. Fissiknya yang saat itu kerempeng menjadi alasan ia pamit kepada pemilik bengkel.
“Syukurnya, pemilik bengkel itu nggak marah. Bahkan, mungkin karena tahu cara kerja saya, dia ngasih arahan untuk kerja di bengkel AC mobil milik temannya. Jadilah saya pindah kerja ke bengkel AC,” kata dia.
Masih di bidang otomotif, tetapi lebih kepada bidang khusus, Dian Rahmadi merasa menemukan pilihannya. Sejak awal,pria lulusan SMA ini memang menginginkan punya keahlian yang tidak banyak orang bisa. Dari sini dia bertekat untuk terus belajar dan belajar.
Di bengkel AC mobil yang berlokasi di Jalan Cut Nyak Dien Tanjungkarang ini, tidak hanya melayani service ac, tetapi juga bengkel asesoris dan audio. Ia pun belajar untuk memasang asesoris dan audio.
“Di bengkel ini bertambah lagi ilmu saya. Karena sudah hobi untuk mengotak-atik, akhirnya keinginan untuk belajar makin besar. Tetapi, berjalan lima tahun, bengkel tempat saya bekerja tutup. Saya nggak tahu persis penyebabnya,” kata dia.
Ladang tempatnya menggali rezeki tutup membuat Dian prihatin. Tetapi, ilmu yang didapat dari lima tahun “sekolah” itu terus menjadi incaran orang. Para pelanggan bengkel yang sudah mengenal Dian kemudian sering mencari dan meminta perbaikan AC, aksesoris, maupun sound sistem di rumah. “Tapi karena rumah saya jauh, banyak pelanggan yang merasa berat datang.”
Namun, jalan terang itu datang juga. Pada tahun 2015 bertemu dengan bos pemilik bengkel yang berencana membuka showroom mobil bekas. Dengan pengalaman yang ada, Dian Raahmadi dipercaya mengelola dan diberi lapak untuk membuka service AC, aksesoris, dan sound sistem.
Suami dari Siti Aisyah ini mengaku bersyukur, dalam menata usahanya ada PTPN VII yang memberi pinjaman lunak untuk mengembangkan usahanya. Dalam kesulitan permodalan, PTPN VII membantu memberikan pinjaman kemitraan.
“Saya bersyukur sekali, saat itu diberi pinjaman oleh PTPN VII. Dimana saya sangat membutuhkan tambahan modal usaha,” katanya.
Menurutnya, menjadi mitra PTPN VII banyak manfaatnya. PTPN VII tidak hanya sekadar memberikan pinjaman modal saja, tetapi juga memberi pelatihan kepada para mitranya. Sehingga pelaku usaha mengerti bagaimana menjalankan usaha agar bisa terus langgeng.
Ia berharap, PTPN VII terus memberikan pembinaan, terutama kepada pelaku usaha kecil. Ia juga berharap, kedepan bisa diberi kepercayaan lagi oleh PTPN VII, untuk menambah modal dan membeli sparpart service.
Tentang omset, pemilik bengkel yang berlokasi di Jalan Soekarno Hatta ini mengaku, sebelum pandemi dalam satu bulan bisa mencapai Rp 4 juta – Rp 5 juta. Namun, dalam kondisi pandemi sekarang ini turun setengahnya. “Tetapi saya tetap bersyukur. Pelanggan saya cukup banyak, terutama para pemilik showroom mobil bekas. Mereka kontinue,” kata dia. (nur)