SERANG, beritaindonesianet-Sudah saatnya Pemerintah Provinsi Banten menghentikan memanfaatkan Baduy sebagai obyek wisata dan jadi tontonan, termasuk memanfaafkan ritual Seba Baduy.
Hal terebut diungkapkan oleh budayawan Uten Sutendy kepada wartawan menanggapi pelaksanaan Seba Baduy yang berlangsung pada tanggal 7-8 Mei 2022.
Seba Baduy adalah acara rutin tahunan dimana orang Baduy Dalam berjalan kaki dari mulai Desa Kanekea menuju Kantor Bupati Kabupaten Lebak di Rangkasbitung dan menuju ke Kantor Gubernur Provinsi Banten untuk menyerahkan hasil bumi sekaligus menyampaikan pesan- pesan moral dari kokolot Baduy kepada pemerintah yang berkuasa.
“Acara Seba tersebut sangat sakral yang telah berlangsung sejak ratusan tahun sebagai simbol ucapan terima kasih orang Baduy kepada pemerintah yang telah bersedia menjalankan tugas pemerintahannya mengatur masyarakat. Selain itu Seba juga simbol dimana para kokolot Baduy memberi pesan moral luhur agar pemerintah dalam menjalankan tugas pemerintahanya tersebut tetap konsisten menghargai dan menjaga keseimbangan alam dengan berpegang teguh kepada nilai-nilai luhur budaya daerah dan bangsa sendiri, ” ujar Uten Sutendy yang juga dikenal sebagai penulis-novelis.
Namun, menurut Uten, nilai sakral pelaksanasn Seba Baduy akhir-akhir ini terutama sejak Banten menjadi provinsi, makin tenggelam karena kecenderungan pemerintah yang mamfaatkan ritual Seba tersebut sebagai moment daya tarik pariwisata dan kedatangan ribuan orang Baduy dijadikan tontonan publik.
“Dengan cara begitu, nilai sakralnya hilang berbarengan dengan terlupakan pula pesan-pesan moral yang disampaikan oleh para kokolot Baduy seusai acara Seba berlangsung,” tegas Uten.
Oleh karena itu, Uten meminta kepada pemerintah segera menghentukan kegiatan Seba sebagai tontonan.
“Itu kurang etis secara spritual dan budaya,” tegas Uten penulis novel “Baiat Cinta di Tanah Baduy” dan “Baduy sebuah Novel.”
Menurur Uten, jika pemerintah ingin menghargai dan memuliakan orang Baduy sebagai aset budaya dan adat itu ada banyak caranya. Diantaranya, pertama biarkan acara Seba berlangsung sederhana dan khidmat agar nilai- nilai luhur yang disampaikan oleh para kokolot Baduy bisa diresapi oleh para pejabat pemerintah.
Kedua, pemeintah harus menetapkan kawasan hutan dan perkampungan masyarakat Baduy sebagai kawasan khusus yang benar-benar dijaga kelestarian alamnya dan dilindungi adat istiadatnya diantaranya melalui pembuatan regulasi yang tepat.
Ketiga, membuka jalur distribusi perdagangan bagi hasil bumi Orang Baduy serta melindungi dan membuka jaringan pasar bagi produk-produk UKM orang Baduy.
Dan kalau pemerintah mau memanfaatkan Baduy sebagai komunitas adat, maka manfaatkan dan ekplorasilah nilai-nilai luhur adat istiadat mereka sekaligus dijadikan salah satu sumber nila yang penting bagi pedoman pelaksanaan pembangunan di berbagai bidang.
Sementara Ratna, salah satu masyarakat Serang mengaku sengaja datang ke alun-alun bersama anaknya untuk melihat kedatangan masyarakat Baduy karena ingin memperkenalkan kearifan Banten kepada putranya yang masih duduk di SD. “Soalnya kalau mau berkunjung ke Baduy jauh,” katanya. (hen)