Internasional – Pemerintah Iran menuduh serangan bom mobil yang menewaskan 27 pasukan Garda Revolusi pada Kamis lalu dirancang di Pakistan. Sebab, mereka menuding dalang pelaku adalah anggota kelompok teror Jaish al-Adl yang bersembunyi di negara itu.
Seperti dilansir Associated Press, Minggu (17/2), Kementerian Luar Negeri Iran langsung memanggil Duta Besar Pakistan terkait serangan itu. Namun, Pakistan menyatakan turut mengutuk serangan itu, tetapi tidak menanggapi tudingan Iran.
Ketua Parlemen Iran, Ali Larijani, juga menuduh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab berada di balik serangan bom mobil itu. Sebab, kedua negara itu meyakini Iran turut membantu kelompok pemberontak Houthi yang melawan pemerintah Yaman.
Kelompok Jaish al-Adl sudah menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu. Kepala Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari, menuduh militer Pakistan turut terlibat dalam serangan bom mobil itu dan berjanji akan membalas.
Presiden Iran, Hassan Rouhani, menyatakan akan membalas dendam atas serangan bom mobil itu. Dia menyatakan Amerika Serikat dan Israel juga turut terlibat dalam serangan itu.
“Mereka tidak bisa lari dari pembalasan Tuhan dan rakyat Iran,” kata Rouhani.
Bom mobil itu meledak di sebelah sebuah bus yang sedang mengangkut pasukan Garda Revolusi di Provinsi Sistan-Baluchistan. Insiden terjadi ketika pasukan baru kembali dari misi patroli di perbatasan dekat Pakistan, basis kelompok separatis Baluchi.
Sistan-Baluchistan adalah kawasan perbatasan dengan Pakistan dan tempat bermukim etnis Baluchi. Mereka adalah pemeluk Muslim Sunni, berbeda dari orang Iran kebanyakan yang merupakan Muslim Syiah.
Kelompok Jaish al-Adl dibentuk pada 2012 sebagai penerus kelompok Jundullah (Prajurit Tuhan), yang melakukan pemberontakan di Iran selama dekade sebelumnya. Pada Oktober 2018, Jaish al-Adl mengaku bertanggung jawab atas penculikan 12 aparat keamanan Iran di dekat perbatasan. Lima di antaranya kemudian dibebaskan dan diterbangkan pulang setelah dilobi Pakistan. (ayp)