Kesehatan – Diabetes mellitus atau diabetes merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh. Diabetes tidak hanya bisa menyerang orang dewasa, tapi juga anak-anak. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2018, tercatat kenaikan prevalensi jumlah penderita diabetes, yaitu dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen. Diabetes harus dikontrol sebaik mungkin. Jika tidak, ada beberapa komplikasi serius yang perlu diwaspai.
Secara garis besar, terdapat dua klasifikasi diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 1, sistem pertahanan tubuh menyerang dan menghancurkan sel beta di pankreas, sehingga produksi insulin pun berkurang. Biasanya, diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia anak-anak.
Bedanya dengan diabetes tipe 2, yang terjadi adalah sel beta pankreas tidak cukup memproduksi insulin. Dengan kata lain, sel tubuh tidak merespons terhadap insulin yang diproduksi.
Tanda dan gejala khas dari penyakit diabetes adalah: selalu haus (polidipsi), selalu lapar (poliphagi), dan sering buang air kecil (poliuri). Selain itu, gejala lain seperti berat badan turun, mudah lelah, hingga luka yang tidak kunjung sembuh juga dapat menyertai.
Komplikasi diabetes yang harus diwaspadai
Apabila penderita diabetes tidak mengontrol kadar gula darah dalam tubuh, komplikasi bisa terjadi. Berikut ini adalah komplikasi diabetes yang harus diwaspadai para penderitanya.
-
Stroke
Penyakit diabetes adalah faktor risiko terjadinya stroke. Penderita diabetes memiliki risiko 2-3 kali lipat untuk terserang stroke apabila tidak mengontrol kadar gula darah dalam tubuh.
Pada penderita diabetes itu sendiri, pembuluh darah dalam tubuh lebih rentan mengalami proses aterosklerosis. Aterosklerosis adalah suatu proses penyempitan dan pengerasan atau kekakuan pembuluh darah akibat kadar gula yang tak terkontrol. Akibatnya, akan mudah terjadi sumbatan, terlebih jika penderita diabetes juga memiliki masalah kolesterol.
-
Penyakit jantung dan pembuluh darah
Komplikasi lain yang juga cukup sering ditemui pada para penderita diabetes adalah masalah jantung dan pembuluh darah. Sama halnya seperti stroke, masalah penyakit jantung dan pembuluh darah juga didasari proses aterosklerosis.
Adanya penyempitan pembuluh darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah pada penderita diabetes, dan kondisi ini dapat berujung pada terjadinya stroke. Selain itu, penyempitan pembuluh darah yang terjadi juga dapat mengurangi suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh organ tubuh.
-
Neuropati perifer dan ulkus diabetikum
Kerusakan saraf (istilah medisnya adalah neuropati perifer) juga menjadi komplikasi yang banyak terjadi di antara pasien diabetes. Kadar gula darah yang tinggi dan tidak terkontrol akan merusak ujung-ujung saraf tubuh. Oleh sebab itu, keluhan yang dirasakan antara lain: mudah kesemutan, ujung tangan dan kaki yang terasa baal dan tebal, hingga mati rasa.
Akibat kerusakan saraf yang terjadi pada penderita diabetes ini, penderita tak akan lagi dapat merasakan sensasi nyeri jika terjadi luka di jari tangan maupun kaki.
Selain masalah saraf, aliran pembuluh darah yang tak lancar menyebabkan proses penyembuhan luka menjadi lebih lama. Kondisi luka yang tidak kunjung sembuh dapat menjadi lebih parah dan memicu infeksi yang lebih berat.
-
Retinopati diabetik
Komplikasi berikutnya dari penyakit diabetes adalah retinopati diabetik. Kondisi ini berlangsung secara perlahan-lahan apabila kadar gula darah tidak dikendalikan.
Sesuai dengan namanya, retinopati diabetik menyerang retina mata. Retina adalah lapisan saraf yang melapisi belakang mata. Fungsinya adalah merekam gambar dan mengirimkannya ke otak. Jika pembuluh darah sekitar retina rusak akibat kadar gula darah yang tinggi, maka akan terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan mengganggu pusat penglihatan mata. Keluhan yang muncul biasanya berupa terlihatnya benda melayang-layang (floaters).
Bagi para penderita diabetes, tingkatkan kewaspadaan dalam mengendalikan kadar gula darah. Ini penting untuk mencegah terjadinya komplikasi yang bisa berbahaya. Meski diabetes tak bisa sembuh secara total, tetapi penyakit ini bisa dikontrol dengan terapi obat dan modifikasi gaya hidup yang lebih sehat. (rn/rvs)