Internasional – Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama memanfaatkan momen peringatan 100 tahun pembela HAM Nelson Mandela untuk “menyindir” penerusnya, Donald Trump, secara tidak langsung.
Dalam pidatonya di Johannesburg, Afrika Selatan, Selasa (18/7), Obama memperingatkan para pemimpin bahwa dunia telah berjalan “ke masa yang aneh di tengah ketidakpastian.”
Meski tidak menyebut nama Trump, Obama memperingatkan bahwa “politik ketakutan serta kebencian” telah menyebar lantaran didorong oleh pemimpin yang mencemooh fakta dan mengatakan kebohongan “tanpa kehilangan rasa malu.”
Presiden AS ke-44 juga mengecam kebangkitan gerakan populisme di berbagai belahan dunia yang membuat negara cenderung menganut kebijakan proteksionisme, penolakan terhadap fenomena perubahan iklim, hingga penerapan pengetatan kebijakan imigrasi berbasis ras.
“Politik ketakutan dan kebencian mulai bermunculan. Dan politik semacam ini sekarang mulai bergerak. Politik semacam ini bergerak pada fase yang tidak pernah terbayangkan beberapa tahun lalu tetapi terjadi,” ucap Obama di hadapan sekitar 15 ribu orang di Stadion Kriket Johannesburg, dikutip CNN.
“Saya bukan ingin membuat gelisah, tapi hanya menyatakan fakta. Lihatlah sekeliling, pemimpin kuat adalah yang berpengaruh, tiba-tiba, ketika pemilu bergulir dan beberapa kepura-puraan demokrasi tetap dipelihara, mereka yang berkuasa berusaha merusak setiap lembaga atau norma yang memiliki makna demokrasi.”
Dalam kesempatan itu, Obama melihat bahwa dunia terancam kembali ke cara “tua” yang lebih berbahaya dan brutal dalam bekerja sama dan melakukan bisnis.
Mengenai hal keimigrasian, Obama menganggap tidak salah jika pemimpin negara menganggap perbatasan negara itu penting. Namun, menurutnya hal itu tak bisa jadi pembenaran untuk menerapkan suatu kebijakan yang berbasis ras, etnis, atau agama tertentu.
Obama juga menyerang skeptisme Trump dan pendukung konservatif lainnya terhadap perubahan iklim dengan mengedepankan bukti ilmiah soal fenomena tersebut.
“Anda harus percaya pada fakta, tanpa fakta tidak ada dasar untuk kerja sama,” kata Obama seperti dilansir AFP.
“Saya tidak bisa menemukan titik temu jika seseorang menganggap perubahan iklim tidak nyata ketika hampir seluruh ilmuwan dunia mengatakan sebaliknya.”
Karabo Tima (25), salah satu warga yang hadir dalam acara tersebut, mengatakan sangat menghormati pidato Obama yang menentang kebijakan Trump.
“Kami melihat saudara-saudara kami berusaha mencari kehidupan yang lebih baik lagi di Amerika. Dan kami tahu bahwa Amerika dibangun di atas punggung orang kulit hitam, tapi mereka tidak mendapat pengakuan,” kata Tima yang bekerja sebagai konsultan manajemen itu.
Sejak meninggalkan Gedung Putih, Obama jarang terlihat tampil di hadapan publik. Namun, dia mengatakan pidatonya di HUT Mandela ini dilakukan sebagai penghormatan terhadap mantan Presiden Afrika Selatan yang merupakan salah satu inspirasi besar dalam hidupnya.
Mandela lahir pada 1918 lalu di Cape Town, Afrika. Dia menjadi tokoh global yang dikenal atas upayanya memperjuangkan hak kaum kulit hitam melawan sistem apartheid. Dia juga dikenal atas pesan perdamaian dan rekonsiliasi tak lama setelah bebas dari kurungan penjara selama 27 tahun.
Obama pernah bertemu Mandela pada 2005 lalu. Ia juga sempat memberi pidato perpisahan di pemakaman Mandela pada 2013 lalu.
“Mandela membuat saya ingin menjadi orang yang lebih baik dan memujinya sebagai pejuang kebebasan yang sangat berpengaruh dari abad ke-20,” tutur Obama.
Obama dan Mandela sama-sama merupakan presiden kulit hitam pertama di negara mereka.
Selain Obama, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, istri Mandela, Graca Machel, merupakan beberapa tamu kehormatan dalam gelaran tersebut. (aal/cnn)