Internasional – Kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Inggris, Jum’at (13/7/2018), mendapat penolakan dari warga Inggris. Puluhan ribu demonstran memenuhi pusat kota London untuk memprotes berbagai kebijakan Trump.
Massa mulai bergerak dari kantor BBC London menyerukan “Donald Trump tidak diterima di sini”. Banyak di antaranya membawa spanduk anti-Trump. Seperti “Rasis #1 Dunia” dan “Psikopat Amerika”.
Mereka meneriakkan slogan-slogan kecaman atas sikap dan perilaku Trump terhadap wanita serta berbagai kebijakan kontroversialnya. Termasuk larangan masuk ke Amerika Serikat bagi sejumlah negara muslim, serta pemisahan anak-anak imigran dari keluarga mereka di perbatasan AS.
Dilansir CNN, penyelenggara aksi protes “Bring the Noise” mengklaim jumlah peserta demonstrasi mencapai 250 ribu orang. Polisi tidak memastikan jumlah pemrotes. Aparat hanya menyatakan bahwa mereka terpaksa menutup Trafalgar Square akibat membludaknya peserta aksi.
Salah satu peserta aksi dipimpin Women’s March London, yang menggelar aksi massa melawan Trump pada 2017.
“Kami ingin Trump tahu bahwa warga Inggris, salah satu sekutu terbesar AS, tidak setuju pada kebijakan-kebijakannya,” kata Alice Stevenson, 24. “Kami menyatakan solidaritas pada mereka yang terdampak atas kebijakan Trump di seluruh dunia.”
Meena Patel dan Shakila Maan dari organisasi Southall Black Sisters menyatakan mereka menentang kebijakan Trump yang memisahkan anak-anak migran dari keluarga mereka.
“Kebijakan Trump seperti Nazi Jerman dalam hal memisahkan anak-anak dari keluarga mereka,” kata Patel yang mengenakan kaus bertuliskan, “Apakah saya tampak ilegal?”
John Malone, 65, pensiunan guru dari Bristol sengaja mencarter bus dari kota di barat daya Inggris itu untuk bergabung dalam aksi protes.
“Saya di sini karena menurut saya Donald Trump adalah kekuatan paling merusak di dunia saat ini,” kata dia. Malone mengaku aksi protes terakhir yang pernah dia ikuti adalah menentang Perang Irak. “Tidak ada yang menggerakkan saya sejak itu selain Trump.”
Dua kelompok aksi lain berpawai dari Portland Place. Satu kelompok berhenti di Parliament Square pada aksi siang. Satu lagi yang digelar organisasi Stop Trump berhenti di Trafalgar Square untuk meneruskan aksi hingga sore hari.
Jumat pagi, pemrotes melepaskan balon raksasa “Trump Baby” dengan menggunakan popok di atas Gedung Parlemen. Balon bayi raksasa itu sebagai pesan kepada Trump, “dalam bahasa yang dia pahami, yaitu penghinaan personal.”
Warga Inggris yang berasal dari negara lain juga ikut dalam aksi demonstrasi. Seperti Paola Feregrino, 38, dari Meksiko.
“Saya marah. Marah atas segala yang mewakili Trump. Kebijakannya soal imigrasi, rasisme, kebijakan ekonomi, semuanya,” kata Feregrino seperti dilansir CNN.
Jadwal Trump membuatnya terhindari dari rasa malu akibat aksi protes massal di Ibu Kota Inggris itu.
Trump menyatakan dirinya populer di Inggris. Tapi kemudian mengakui bahwa aksi demonstrasi itu membuat dia merasa tidak diterima di London.
Meski begitu, Trump punya pendukung juga di Inggris. Beberapa tampak di sebuah bar dekat Trafalgar Square yang berdebat saling berteriak melawan pemrotes anti-Trump.
Warga Inggris pendukung Trump itu juga berkumpul di Puri Windsor, di pinggiran barat London, menjelang pertemuan Trump dengan Ratu Elizabeth II.
Sebuah petisi yang menolak kunjungan kenegaraan Trump setelah Perdana Menteri Theresa May mengundangnya ke Inggris pada 2017 mendapat 1,8 juta tanda tangan. Isu tersebut lalu dibahas di Parlemen Inggris, dimana Ketua DPR Inggris menyatakan Trump tidak akan diberi kehormatan berpidato di depan Parlemen.
Trump menunda kunjungannya beberapa kali. Lawatannya ke Inggris saat ini bersifat kunjungan kerja, sedikit lebih rendah ketimbang kunjungan kenegaraan. Meski begitu, Trump tetap mendapat sambutan dan banyak acara, seperti minum teh dengan Ratu Elizabeth di Puri Windsor.
Dalam wawancara denga The Sun, Trump mengaku dia sebelumnya menyukai Kota London. Trump menyalahkan Wali Kota London, Sadiq Khan yang disebutnya membuat dia tidak diterima.
“Sudah lama saya tidak ke sini. Menurut saya, wali kota Anda melakukan tugasnya dengan buruk, tapi saat mereka membuat Anda merasa tidak diterima, buat apa saya ke sana?”
Meski begitu, Trump bukanlah presiden AS pertama yang mendapat sambutan tidak menyenangkan. Demonstran juga turun ke jalan saat Presiden George W. Bush dan Ibu Negara Laura melakukan kunjungan kenegaraan ke Inggris pada 2003, beberapa bulan setelah AS menginvasi Irak.
Selama kunjungan itu, puluhan ribu warga Inggris turun ke jalan di pusat kota London yang berakhir dengan reli di Trafalgar Square, dimana epigi Bush digulingkan dari sebuah tiang. Adegan itu meniru saat patung Saddam Hussein digulingkan dari Firdos Square di Baghdad, Irak.
Sebaliknya, Presiden AS Barack Obama dan Ibu Negara Michelle mendapat sambutan hangat dari publik dan bangsawan Inggris saat berkunjung ke sana. (red/cnn)