Internasional – Korea Utara menganggap pertemuan antara Kim Jong Un dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae In pada Jumat (27/4/2018) sebagai momen bersejarah dan dianggap sebagai sebuah era baru.
Anggapan era baru itu muncul setelah kedua pemimpin di Semenanjung Korea tersebut berjanji akan mengupayakan perdamaian secara permanen dan membersihkan kawasan dari senjata nuklir.
Kantor berita milik pemerintah Korea Utara, KCNA mengunggah teks Deklarasi Panmunjom secara utuh, Sabtu (28/4/2018), yang berisi anggapan tersebut dan juga mengungkapkan pertemuan itu sebagai pembuka jalan “untuk rekonsiliasi nasional dan persatuan, perdamaian, dan kemakmuran.”
Selain itu, Korea Utara juga pernah meluncurkan rudal yang mampu mencapai daratan Amerika Serikat dan memicu sanksi Dewan Keamanan PBB yang semakin keras.
Hal ini menjadi sebuah tahapan bersejarah setelah bertahun-tahun Pyongyang bersikukuh menolak menyerahkan senjata nuklir yang mereka sebut sebagai “pedang berharga”, dengan alasan mempertahankan diri dari peluang invasi Amerika Serikat.
Seoul beranggapan Korea Utara telah menawarkan untuk bernegosiasi menggantikannya dengan jaminan keamanan, meski Kim tidak menunjukkan tanda-tanda itu pada pertemuan Jumat (27/4/2018).
Korea Utara telah membuat kemajuan pesat dalam program senjata di bawah kepemimpinan Kim, seperti melakukan uji coba nuklir keenam kalinya dan jadi yang paling kuat pada tahun lalu.
Kim dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga terus menerus saling menyerang secara pribadi hingga munculnya ancaman perang dari kedua negara.
Kemudian Presiden Moon lewat penyelenggaran Olimpiade Musim Dingin mulai membangun dialog dengan Korea Utara yang kemudian menginisiasi pertemuaan Jumat (27/4/2018) lalu di Zona Demiliterisasi.
Diberitakan dari AFP, sejumlah analis dan diplomat mengatakan ada berbagai faktor yang menyebabkan sikap Pyongyang melunak, termasuk berada dalam posisi untuk bernegosiasi atas kekuatan, dampak sanksi yang akan datang, serta ketakutan potensi aksi militer AS.(cn)