Internasional – Para dokter kewalahan untuk mengobati para korban serangan rezim Suriah di Ghouta Timur. Tim medis dan aktivis menyatakan para dokter terpaksa menggunakan obat yang sudah kadaluarsa. Aktivis mencatat jumlah korban tewas selama tiga hari serangan mencapai 300 orang.
Aktivis Syrian American Medical Society (SAMS) menyatakan sedikitnya 250 tewas dan 500 luka-luka dalam serangan di wilayah yang dikuasai pemberontak di Ghouta Timur, Suriah sejak Senin hingga Selasa (20/2) malam. Adapun aktivis lainnya, Damascus Media Center, menyebut 45 lagi korban tewas di Ghouta Timur, Rabu (21/2).
Dua puluh fasilitas medis menjadi sasaran serangan sejak Senin. Beberapa di antaranya terkena bom barel atau bom gentong. Akibat serangan, SAMS juga kehilangan tiga pekerja medis.
Seorang relawan medis di Ghouta Timur, dengan nama samaran Adam Aslan, bekerja di rumah sakit darurat di Dar al-Shifa, satu dari 13 fasilitas yang diserang sejak Minggu (18/2).
Kepada CNN, dia menceritakan situasi mendesak dimana dokter terpaksa menggunakan obat kadaluarsa, termasuk anastesi, dikarenakan tidak adanya pilihan lain.
Peralatan di ruang operasi dan unit perawatan intensif juga sudah usang.”Hanya ada sekitar 105 dokter yang bertugas menangani semua korban yang terperangkap di Ghouta Timur,” kata Aslan.
Aslan, baru duduk di bangku SMA saat perang saudara pecah tujuh tahun lalu. Dia telah menjadi relawan medis selama enam tahun terakhir.
Saat ditanya soal kebutuhan sehari-hari, Aslan menjawab: “Air dan listrik yang dulunya kami peroleh dari Suriah sudah tujuh tahun terhenti. Jika beruntung, kami dapat menemukan air tanah dan air sumur lainnya. Untuk listrik, kami bergantung pada generator dan bahan bakar,” kata Aslan. Listrik dan air kini sangat sulit untuk didapatkan.
“Ini adalah hari-hari terburuk dalam kehidupan kami di Ghouta,” kata Direktur dan dokter anak rumah sakit Ghouta Timur, Amani Ballour, kepada CNN, Selasa (21/2).
“Ghouta telah menghadapi serangan udara selama lebih dari lima tahun dan ini bukan kejadian baru, tapi kami tidak pernah melihat eskalasi seperti ini,” kata dia.
Kantor berita pemerintah, SANA melaporkan dua orang luka-luka saat kelompok bersenjata menembaki Bab Al-Salam, Kota Tua Damaskus, Rabu (21/2).
The past 48 hours in besieged #EastGhouta: 12 medical facilities attacked, 4 destroyed. Four medical workers killed, including three of our own staff. 250 civilians killed, at least 460 injured. Horrific, unacceptable and appalling. #SaveGhouta #NotATarget pic.twitter.com/jilE8RKN3h
— sams_usa (@sams_usa) February 20, 2018
Sedikitnya 13 tewas dan 77 luka-luka sehari sebelumnya, saat 114 roket dan bom mendarat di beberapa tempat di Damaskus, Suriah. Tentara Suriah membalasnya dengan tepat, tulis SANA.
Kantor berita Reuters melaporkan konvoi bantuan PBB dan Bulan Sabit Suriah Arab tiba di Ghouta Timur, Rabu pekan lalu. Itu adalah konvoi bantuan pertama sejak November.
Pengeboman intensif dalam beberapa minggu terakhir di Ghouta Timur, wilayah luar Damaskus yang telah bertahun-tahun dikepung oleh rezim Bashar al-Assad ini, menuai gugatan internasional.
Amnesti Internasional menyebut “kejahatan perang yang dahsyat” tengah dilakukan dalam “skala epik”.
Sekretaris Jendral PBB Antonio Guterres menyerukan agar pertempuran di Ghouta Timur segera dihentikan. Guterres menggambarkan situasi di wilayah itu sebagai “neraka di bumi.”
Menurut PBB, hampir 400.000 warga terjebak di Ghouta Timur dan banyak dari mereka sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Pernah digambarkan sebagai “sumber makanan” bagi Damaskus, Ghouta timur pernah menjadi sasaran serangan kimia pada 2013, yang menewaskan 1.400 orang. (lit/nat)